Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 20 Desember 2016

METODE RULA DAN REBA

BAB I
PENDAHULUAN


Industri tidak terlepas dari kajian ergonomi, selain untuk mempermudah pekerjaan kajian ergonomi juga digunakan untuk efisiensi waktu kerja. Dalam melakukan aktifitas kerja, manusia sebagai pekerja mempunyai batas - batas tertentu. Oleh karena itu perlu mengetahui keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki setiap individu untuk meminimalisir cidera dan hal-hal buruk yang akan menimpa pekerja dengan cara mempehitungkan proses kerja dengan mempertimbangkan dengan rapid upper limb assesment (RULA) & rapid entire limb body assesment (REBA).
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) adalah suatu metode survey yang dikembangkan untuk penyelidikan ergonomic tentang tempat kerja dimana ada kaitannya dengan gangguan anggota tubuh bagian atas. Metode ini tidak membutuhkan suatu peralatan untuk menentukan postur dari leher, punggung, dan anggota gerak bagian atas selama menggunakan fungsi dari otot, dan pembebanan eksternal yang mempengaruhi tubuh (McAtamney And Corlett, 1993).Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang olehtubuh serta aktifitas pekerja (McAtamney And Corlett, 1993).
Penelitian yang dilaksanakan di laboratorium analisis perancangan kerja pada hari selasa tanggal 13 Desember 2016 pukul 13:00 sampai dengan 16:00. Jalannya Penelitian ini dilakukan dengan cara merekam posisi kerja tubuh bagian kanan dan kiri operator yang melakukan pengetikan dengan tiga gerakan yaitu mengambil benda kerja, melakukan pengetikan di depan komputer dan menyimpan kembali benda kerja. Ketiga gerakan ini digunakan untuk penelitian Rapid Upper Limb Assessment (RULA), selanjutnya  menentukan sudut yang terbentuk dari pekerjaan pemindahan barang dengan tiga gerakan yaitu mengangkat, membawa, dan menyimpan benda kemudian melakukan penelitian REBA ( Rapid Entire Body Assessment ). Tujuan akhir yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengevaluasi suatu pekerjaan apakah pekejaan itu aman atau tidak aman dilakukan oleh pekerja melalui perhitungan RULA dan REBA.































BAB II
LANDASAN TEORI


2.1       Definisi Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

RULA (Rapid Upper Limb Assessment) adalah suatu metode survey yang dikembangkan untuk penyelidikan ergonomic tentang tempat kerja dimana ada kaitannya dengan gangguan anggota tubuh bagian atas. Metode ini tidak membutuhkan suatu peralatan yang khusus untuk menentukan postur dari leher, punggung, dan anggota gerak bagian atas selama menggunakan fungsi dari otot, dan pembebanan eksternal yang mempengaruhi tubuh (McAtamney And Corlett, 1993) Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan 3 tabel skor untuk menentukan evaluasi dari faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko selama investigasi dideskripsikan sebagai faktor pembebanan eksternal yang terdiri dari :
a.       Urutan gerakan
b.      Kerja otot statik
c.       Gaya
d.      Postur kerja yang ditentukan oleh peralatan dan furnitur
e.       Waktu kerja tanpa istirahat

2.1.1    Pengembangan dari Rapid Upper Limb Assessment

Pengembangan dari rapid upper limb assessment melalui 3 buah tahapan, yaitu pertama adalah merekam posisi kerja, kedua adalah penggunaan dari sistem skor, yang ketiga adalah penentuan level untuk mengetahui tingkat resiko yang ada bagi tubuh dan menentukan perbaikan apa yang disarankan (McAtamney And Corlett, 1993).
a.                  Pengembangan untuk pencatatan postur tubuh
Untuk menghasilkan suatu metode yang mudah digunakan maka tubuh dibagi ke dalam 2 segmen yaitu group A dan group B. Group A terdiri dari lengan bagian atas dan bawah termasuk wrist. Sedangkan group B terdiri dari leher, punggung, dan kaki, semua bagian tubuh dari group B digunakan untuk memastikan bahwa ada kemungkinan bagian tubuh tersebut mempengaruhi postur
tubuh saat bekerja.
Pemberian nilai untuk posisi tubuh dari masing-masing group adalah sebagai berikut :
Grup A terdiri dari beberapa posisi yaitu sebagai berikut :
1.      Posisi lengan atas
Untuk skor setiap gerakan posisi lengan atas dapat di lihat pada Tabel 2.1 Jika bahu terangkat dan lengan bawah mendapat tekanan maka skor ditambah 1, dan bila posisi operator bersandar dan lengan ditopang maka skor dikurangi 1.
Skor
Gerakan
1
Lengan atas membentuk sudut 20o
2
Lengan atas membentuk sudut 20o-45o
3
Lengan atas membentuk sudut 45o-90o
4
Lengan atas membentuk sudut >90o
Tabel 2.1 Posisi Lengan Atas






2.      Posisi lengan bawah
Untuk skor setiap gerakan posisi lengan bawah dapat dilihat pada Tabel 2.2 Jika lengan bawah bekerja menyilang di depan tubuh atau berada di samping tubuh maka skor ditambah 1.
Tabel 2.2 Posisi Lengan Bawah
Skor
Gerakan
1
Lengan atas membentuk sudut 60o-100o
2
Lengan atas membentuk sudut kurang dari 60o atau lebih dari 100o

3.      Posisi tekukan telapak tangan dan Posisi Telapak Tangan yang Mengalami Tekukan dan Putaran
Penentuan posisi wrist atau tekukan telapak tangan berdasarkan issu kesehatan dan keselamatan dapat di lihat pada Tabel 2.3 dan 2.4. Jika telapak tangan mengalami tekukan pada deviasi ulnar dan radial maka skor ditambah 1 Posisi untuk telapak tangan yang mengalami tekukan dan perputaran.



Tabel 2.3 Posisi tekukan telapak tangan
Skor
Gerakan
1
Jika telapak tangan berada posisi netral
2
Jika telapak tangan membentuk sudut 0o-15o
3
Jika telapak tangan tertekuk membentuk sudut lebih dari 15o

Skor
Gerakan
1
Bila telapak yang tertekuk berputar di posisi tengah
2
Bila telapak tangan tertekuk didekat atau diakhiri dari putaran
Tabel 2.4 Posisi telapak tangan yang mengalami tekukan dan putaran




Untuk lebih jelas maka posisi tubuh grup A dapat di lihat pada Gambar 3.1
















Gambar 2.1 Posisi Tubuh dari Grup A




Grup B terdiri dari beberapa posisi yaitu sebagai berikut :
1.      Posisi dari leher
Untuk skor setiap gerakan posisi leher dapat di lihat pada Tabel 2.5. Jika leher operator banyak menoleh kesamping kiri atau kanan dan tertekuk kesamping kiri dan kanan maka skor ditambah 1
Tabel 2.5 Posisi leher
Skor
Gerakan
1
Jika leher membentuk sudut 0o-10o
2
Jika leher membentuk sudut 10o-20o
3
Jika leher membentuk sudut >20o
4
Jika leher melakukan posisi mendengak atau menunduk

2.      Posisi punggung
Untuk skor setiap gerakan posisi punggung dapat di lihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Posisi punggung
Skor
Gerakan
1
Jika operator duduk atau disangga dengan baik oleh pinggul punggung yang membentuk sudut 90o atau lebih
2
Jika punggung membentuk sudut 0o-20o
3
Jika punggung membentuk sudut 20o-60o
4
Jika punggung membentuk sudut 60o

3.      Posisi kaki
Untuk skor setiap gerakan posisi kaki dapat di lihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Posisi kaki
Skor
Gerakan
1
Jika paha dan kaki disangga dengan baik pada saat duduk dan tubuh selalu dalam keadaan seimbang
2
Jika dalam posisi berdiri dimana berat tubuh didistribusikan merata ke kedua kaki
3
Jika paha dan kaki tidak sangga dan titik berat tubuh tidak seimbang


Untuk lebih jelas maka posisi tubuh grup B dapat di lihat pada Gambar 2.2








Gambar 2.2 Posisi Tubuh Grup B

b.                  Pengembangan sistem skor untuk penggolongan bagian tubuh
Sebuah nilai tunggal dibutuhkan dari grup A dan grup B yang mana mewakili tingkatan atau pembobotan postur dari sistem musculoskeletal yang terdapat dalam kombinasi postur bagian tubuh. Kemudian langkah selanjutnya adalah menetapkan skor penggunaan otot (muscle use score) dan skor untuk gaya atau pembebanan (force/load score), dengan ketentuan sebagai berikut :
1.    Untuk muscle use score ketentuan adalah bila postur tubuh tetap dalam jangka waktu yang lama (memegang dalam waktu lebih dari 1 menit) atau melakukan pengulangan gerakan kira-kira 4 kali dalam waktu 1 menit maka skor bertambah menjadi 1.
2.    Untuk force/load score dapat dilihat pada Tabel 3.8. Untuk force atau load score selain menggunakan tabel di atas juga ditentukan dari lamanya bekerja. Untuk waktu kerja 4-6 jam maka skor menjadi 1, sedangkan untuk waktu kerja lebih dari 6 jam skor menjadi 2.

Tabel 2.8 skor force load
Skor
Gerakan
0
Bila beban kurang dari 2kg
1
Bila beban antara 2kg-10kg
2
Bila beban antara  2kg-10kg (perulangan)
3
Bila beban lebih dari 10kg atau perulangan atau beban kejut
Setelah hal di atas dilakukan maka langkah selanjutnya adalah membuat tabel untuk postur tubuh baik dari grup A dan grup B yang nantinya bersama dengan force/load score dan muscle use score digunakan untuk menemukan skor akhir dan daftar aksi perbaikan. Untuk menentukan nilai grup A menggunakan Tabel 3.9. Cara peggunaannya adalah setelah kita menemukan skor untuk upper arm dan lainnya kita masukkan ke dalam tabel sesuai dengan skor dari tabel sebelumnya sampai kita menemukan nilai akhir dari Tabel A ini. Untuk grup B menggunakan Tabel 3.10, cara memperoleh sama seperti yang dilakukan pada Tabel 3.9.
c.             Pengembangan skor akhir dan daftar langkah perbaikan
Setelah tadi melakukan pencarian nilai untuk grup A dan grup B maka langkah terakhir yang dilakukan adalah melakukan pencarian skor akhir untuk mengetahui apakah postur tubuh dari operator tersebut mengandung tingkat bahaya atau tidak, dengan penggabungan dari muscle use score dan force/load score. Dapat diformulasikan dengan rumus sebagai berikut:
·      Score A + muscle use score dan force / load score grup A = Score C
Tabel 2.9 Grup A (lengan atas, lengan bawah , pergelangan tangan)















·      Score B + muscle use score dan force / load score grup B = Score D
·      Grand score diperoleh berdasarkan dari Tabel 2.11.









Setelah didapatkan nilai dari score C dan score D maka kemudian dimasukkan kedalam Tabel Grand Score yang kemudian didapatkan skor yang ada di dalam table tersebut. Kemudian untuk menterjemaahkan nilai dari Tabel 3.11, maka dibuatlah suatu daftar perbaikkan yang bias dilihat berikut ini :
·         Level 1, skor akhir menunjukkan nilai 1-2 yang mengindikasikan bahwa postur tersebut dapat diterima dan tidak memerlukan perbaikan untuk jangka waktu yang lama.
·         Level 2, skor akhi rmenunjukkan nilai 3-4 mengindikasikan membutuhkan investigasi dan perubahan terhadap postur kerja mungkin dapat dilakukan.
·         Level 3, skor akhir menunjukkan nilai 5-6 yang berarti investigasi dan perubahan postur kerja harus dilakukan secepatnya.
  • Level  4,  skor  akhir  menunjukkan  nilai  akhir  7  yang  mengindikasikan     dan perubahan harus dilakukan dengan segera.


Gambar 2.3 Lembar Skor RULA
Setelah langkah ini dilakukan kita baru bias mengambil keputusan untuk melakukan perubahan dan perbaikan dari postur kerja operator baik itu dari fasilitas kerja maupun dari metode kerja yang ada, dan tergantung dari kebutuhan dari organisasi yang membutuhkan.

2.2.      Definisi Rapid Entire Body Assessment (REBA)

            REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue Hignettdan Dr. Lynn McAtamney yang merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottingham’s Institute of Occuptaional Ergonomic). Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang olehtubuh serta aktifitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator. Metode ergonomic tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang–ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin (McAtamney , 2000).

2.2.1    Pengembangan dari REBA

REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Hal ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa menggangu pekerja.
Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap, yaitu:
1)        Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto.
2)        Tahap kedua adalah penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja.
3)        Tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja.
4)        Tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.
Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapan– tahapan sebagai berikut (Hignett dan McAtamney, 2000) :
1.    Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bias didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan sertaan alisis selanjutnya.
2.    Penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari masing – masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen – segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing–masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat Tabel A untuk grup A dan Tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing–masing tabel.
Tabel hasil dari metode REBA ini ditunjukkan pada Tabel dan Gambar dibawah ini

Tabel 2.12 Gerakan Tubuh

Pergerakan

Skor


PerubahanSkor



Tegak / alamiah

1















00-200 flexion

2






00-200 extension



+ 1 Jika memutar /










200-600 flexion

3


miring kesamping



>200 extension















>600 flexion

4




















Gambar 2.4 Kondisi Batang Tubuh

Tabel 2.13 Pergerakan Leher

Pergerakan


Skor


Perubahan Skor










00-200 flexion

1


+1 Jika memutar / miring /












>200 flexion atau extension

2


menekuk kesamping


















Gambar 2.5 Pergerakan Leher

Tabel 2.14 Pergerakan Kaki
Pergerakan
Skor
Perubahan skor
Kaki tertopang, bobot tersebar merata, jalan atau duduk
1
+1 jika lutut flexion antara 30o dan 60o

+2 jika lutut >60o(tidak ketika duduk)
Kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata postur tidak stabil
2






Gambar 2.6 Pergerakan Kaki

Tabel 2.15 Pergerakan Lengan Atas
Pergerakan
Skor
Penambahan skor
20o extension
20o flexion
1
+1 jika posisi bertingkat:adducted & rotated
+1 jika bahu terangkat
-1 lengan atas digunakan untuk menyangga berat
>20o flexion atau extension 20o-45o
2
45o – 90o flexion
3
>90o flexion
4






Gambar 2.7 Pergerakan Lengan Atas

Tabel 2.16 Pergerakan Lengan Bawah

Pergerakan


Skor


60 - 100 flexion
1






< 60 flexion atau >100 flexion
2














Gambar 2.8 Pergerakan Lengan Bawah
Tabel 2.17 Pergerakan Pergelangan Tangan

Pergerakan


Skor


Perubahan skor










00 - 150 flexion / extention

1


+1 jika pergelangan tangan












>150 flexion / extention

2


menyimpang / berputar





















Gambar 2.9 Pergerakan Pergelangan Tangan

 














Tabel 2.19 Tabel B Skor REBA










Lengan Bawah























Lengan Atas






1





2







Pergelangan

1
2

3

1

2


3

1




1
2

3

1

2

3


2




1
2

3

2

3

4


3




3
4

5

4

5


5

4




4
4

5

5

6


7

5




6
7

8

7

8


8

6




7
8

8

8

9


9








Coupling












0



1



2





3




Good


Fair



Poor


Unacceptable






Tabel 2.21 Skor Aktivitas
Aktivitas

Skor





Satu atau lebih bagian tubuh yang statis. Misalnya memegang alat dalam jangka waktu lebih dari 1 menit
+1

Gerakan yang sering dilakukan berulang-ulang tidak termasuk kegiatan berjalan. Misalnya gerakan yang dilakukan 4 kali dalam 1 menit
+1

Kegiataan yang menyebabkan perubahan yang besar dan cepat pada postur dan dasar yang tidak stabil
+1


                                         Tabel 2.22 Level Resiko dan tindakan


Action level


Score REBA


Level Resiko


Tindakan Perbaikan











0

1


Bisa diabaikan


Tidak Perlu


1

2-3


Rendah


Mungkin Perlu


2

4-7


Sedang


Perlu


3

8-10


Tinggi


Perlu segera


4

11-15


Sangat Tinggi


Perlu saat ini juga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar