BAB
I
PENDAHULUAN
Industri
tidak terlepas dari kajian ergonomi, selain untuk mempermudah pekerjaan kajian
ergonomi juga digunakan untuk efisiensi waktu kerja. Dalam melakukan aktifitas
kerja, manusia sebagai pekerja mempunyai batas - batas tertentu. Oleh karena
itu perlu mengetahui keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki setiap individu
untuk meminimalisir cidera dan hal-hal buruk yang akan menimpa pekerja dengan
cara mempehitungkan proses kerja dengan mempertimbangkan dengan rapid upper limb assesment (RULA) & rapid entire limb body assesment (REBA).
RULA (Rapid
Upper Limb Assessment) adalah suatu metode survey yang dikembangkan untuk
penyelidikan ergonomic tentang tempat kerja dimana ada kaitannya dengan
gangguan anggota tubuh bagian atas. Metode ini tidak membutuhkan suatu
peralatan untuk menentukan postur dari leher, punggung, dan anggota gerak
bagian atas selama menggunakan fungsi dari otot, dan pembebanan eksternal yang
mempengaruhi tubuh (McAtamney And Corlett, 1993).Rapid Entire Body
Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang
ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau
postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator.
Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang
ditopang olehtubuh serta aktifitas pekerja (McAtamney And Corlett, 1993).
Penelitian yang dilaksanakan di
laboratorium analisis perancangan kerja pada hari selasa tanggal 13 Desember
2016 pukul 13:00 sampai dengan 16:00. Jalannya Penelitian ini dilakukan dengan
cara merekam posisi kerja tubuh bagian kanan dan kiri operator yang melakukan
pengetikan dengan tiga gerakan yaitu mengambil benda kerja, melakukan
pengetikan di depan komputer dan menyimpan kembali benda kerja. Ketiga gerakan
ini digunakan untuk penelitian Rapid Upper Limb Assessment (RULA), selanjutnya menentukan sudut yang
terbentuk dari pekerjaan pemindahan barang dengan tiga gerakan yaitu mengangkat,
membawa, dan menyimpan benda kemudian melakukan penelitian REBA ( Rapid Entire Body Assessment ). Tujuan
akhir yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengevaluasi suatu
pekerjaan apakah pekejaan itu aman atau tidak aman dilakukan oleh pekerja melalui
perhitungan RULA dan REBA.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Rapid Upper Limb Assessment
(RULA)
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) adalah suatu metode survey yang
dikembangkan untuk penyelidikan ergonomic tentang tempat kerja dimana ada
kaitannya dengan gangguan anggota tubuh bagian atas. Metode ini tidak
membutuhkan suatu peralatan yang khusus untuk menentukan postur dari leher, punggung,
dan anggota gerak bagian atas selama menggunakan fungsi dari otot, dan
pembebanan eksternal yang mempengaruhi tubuh (McAtamney And Corlett, 1993)
Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan 3 tabel skor untuk menentukan
evaluasi dari faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko selama investigasi
dideskripsikan sebagai faktor pembebanan eksternal yang terdiri dari :
a.
Urutan gerakan
b.
Kerja otot statik
c.
Gaya
d.
Postur kerja yang ditentukan oleh peralatan dan
furnitur
e.
Waktu kerja tanpa istirahat
2.1.1 Pengembangan
dari Rapid Upper Limb Assessment
Pengembangan dari rapid upper limb assessment melalui 3 buah
tahapan, yaitu pertama adalah merekam posisi kerja, kedua adalah penggunaan
dari sistem skor, yang ketiga adalah penentuan level untuk mengetahui tingkat
resiko yang ada bagi tubuh dan menentukan perbaikan apa yang disarankan
(McAtamney And Corlett, 1993).
a.
Pengembangan untuk pencatatan postur tubuh
Untuk menghasilkan suatu metode yang mudah digunakan maka tubuh dibagi ke
dalam 2 segmen yaitu group A dan group B. Group A terdiri dari lengan bagian
atas dan bawah termasuk wrist. Sedangkan group B terdiri dari leher,
punggung, dan kaki, semua bagian tubuh dari group B digunakan untuk memastikan
bahwa ada kemungkinan bagian tubuh tersebut mempengaruhi postur
tubuh saat
bekerja.
Pemberian
nilai untuk posisi tubuh dari masing-masing group adalah sebagai berikut :
Grup A
terdiri dari beberapa posisi yaitu sebagai berikut :
1.
Posisi lengan atas
Untuk skor
setiap gerakan posisi lengan atas dapat di lihat pada Tabel 2.1 Jika bahu
terangkat dan lengan bawah mendapat tekanan maka skor ditambah 1, dan bila
posisi operator bersandar dan lengan ditopang maka skor dikurangi 1.
Skor
|
Gerakan
|
1
|
Lengan
atas membentuk sudut 20o
|
2
|
Lengan
atas membentuk sudut 20o-45o
|
3
|
Lengan
atas membentuk sudut 45o-90o
|
4
|
Lengan
atas membentuk sudut >90o
|
Tabel 2.1 Posisi
Lengan Atas
2.
Posisi lengan bawah
Untuk skor
setiap gerakan posisi lengan bawah dapat dilihat pada Tabel 2.2 Jika lengan
bawah bekerja menyilang di depan tubuh atau berada di samping tubuh maka skor
ditambah 1.
Tabel 2.2 Posisi
Lengan Bawah
Skor
|
Gerakan
|
1
|
Lengan
atas membentuk sudut 60o-100o
|
2
|
Lengan
atas membentuk sudut kurang dari 60o atau lebih dari 100o
|
3.
Posisi tekukan telapak tangan dan Posisi Telapak
Tangan yang Mengalami Tekukan dan Putaran
Penentuan
posisi wrist atau tekukan telapak tangan berdasarkan issu kesehatan dan
keselamatan dapat di lihat pada Tabel 2.3 dan 2.4. Jika telapak tangan
mengalami tekukan pada deviasi ulnar dan radial maka skor ditambah 1 Posisi
untuk telapak tangan yang mengalami tekukan dan perputaran.
Tabel 2.3 Posisi tekukan telapak
tangan
Skor
|
Gerakan
|
1
|
Jika
telapak tangan berada posisi netral
|
2
|
Jika
telapak tangan membentuk sudut 0o-15o
|
3
|
Jika
telapak tangan tertekuk membentuk sudut lebih dari 15o
|
Skor
|
Gerakan
|
1
|
Bila telapak yang tertekuk
berputar di posisi tengah
|
2
|
Bila telapak tangan tertekuk
didekat atau diakhiri dari putaran
|
Tabel 2.4 Posisi telapak tangan
yang mengalami tekukan dan putaran
Untuk lebih
jelas maka posisi tubuh grup A dapat di lihat pada Gambar 3.1
Gambar 2.1 Posisi Tubuh dari Grup A
Grup B terdiri dari beberapa posisi yaitu sebagai
berikut :
1. Posisi dari
leher
Untuk skor setiap gerakan posisi leher dapat di lihat pada Tabel 2.5. Jika
leher operator banyak menoleh kesamping kiri atau kanan dan tertekuk kesamping
kiri dan kanan maka skor ditambah 1
Tabel 2.5 Posisi leher
Skor
|
Gerakan
|
1
|
Jika leher membentuk sudut 0o-10o
|
2
|
Jika leher membentuk sudut 10o-20o
|
3
|
Jika leher membentuk sudut >20o
|
4
|
Jika leher melakukan posisi mendengak atau menunduk
|
2. Posisi
punggung
Untuk skor
setiap gerakan posisi punggung dapat di lihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Posisi punggung
Skor
|
Gerakan
|
1
|
Jika operator duduk atau disangga dengan baik oleh
pinggul punggung yang membentuk sudut 90o atau lebih
|
2
|
Jika punggung membentuk sudut 0o-20o
|
3
|
Jika punggung membentuk sudut 20o-60o
|
4
|
Jika punggung membentuk sudut 60o
|
3. Posisi kaki
Untuk skor
setiap gerakan posisi kaki dapat di lihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Posisi kaki
Skor
|
Gerakan
|
1
|
Jika paha dan kaki disangga dengan baik pada saat
duduk dan tubuh selalu dalam keadaan seimbang
|
2
|
Jika dalam posisi berdiri dimana berat tubuh
didistribusikan merata ke kedua kaki
|
3
|
Jika paha dan kaki tidak sangga dan titik berat
tubuh tidak seimbang
|
Untuk lebih
jelas maka posisi tubuh grup B dapat di lihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Posisi Tubuh Grup B
b.
Pengembangan sistem skor untuk penggolongan bagian
tubuh
Sebuah nilai tunggal dibutuhkan dari grup A dan grup B yang mana mewakili
tingkatan atau pembobotan postur dari sistem musculoskeletal yang
terdapat dalam kombinasi postur bagian tubuh. Kemudian langkah selanjutnya
adalah menetapkan skor penggunaan otot (muscle use score) dan skor untuk
gaya atau pembebanan (force/load score), dengan ketentuan sebagai
berikut :
1.
Untuk muscle use score ketentuan adalah bila
postur tubuh tetap dalam jangka waktu yang lama (memegang dalam waktu lebih
dari 1 menit) atau melakukan pengulangan gerakan kira-kira 4 kali dalam waktu 1
menit maka skor bertambah menjadi 1.
2.
Untuk force/load score dapat dilihat pada Tabel
3.8. Untuk force atau load score selain menggunakan tabel di atas
juga ditentukan dari lamanya bekerja. Untuk waktu kerja 4-6 jam maka
skor menjadi 1, sedangkan untuk waktu kerja lebih dari 6 jam skor menjadi 2.
Tabel 2.8 skor force load
Skor
|
Gerakan
|
0
|
Bila beban kurang dari 2kg
|
1
|
Bila beban antara 2kg-10kg
|
2
|
Bila beban antara
2kg-10kg (perulangan)
|
3
|
Bila beban lebih dari 10kg atau perulangan atau
beban kejut
|
Setelah hal di atas dilakukan maka langkah selanjutnya adalah membuat tabel
untuk postur tubuh baik dari grup A dan grup B yang nantinya bersama dengan force/load
score dan muscle use score digunakan untuk menemukan skor akhir dan
daftar aksi perbaikan. Untuk menentukan nilai grup A menggunakan Tabel 3.9.
Cara peggunaannya adalah setelah kita menemukan skor untuk upper arm dan
lainnya kita masukkan ke dalam tabel sesuai dengan skor dari tabel sebelumnya
sampai kita menemukan nilai akhir dari Tabel A ini. Untuk grup B menggunakan
Tabel 3.10, cara memperoleh sama seperti yang dilakukan pada Tabel 3.9.
c.
Pengembangan skor akhir dan daftar langkah perbaikan
Setelah tadi melakukan pencarian nilai untuk grup A dan grup B maka langkah
terakhir yang dilakukan adalah melakukan pencarian skor akhir untuk mengetahui
apakah postur tubuh dari operator tersebut mengandung tingkat bahaya atau
tidak, dengan penggabungan dari muscle use score dan force/load score.
Dapat diformulasikan dengan rumus sebagai berikut:
·
Score A + muscle use score dan
force / load score grup A = Score C
·
Score B + muscle use score dan
force / load score grup B = Score D
·
Grand score diperoleh
berdasarkan dari Tabel 2.11.
Setelah didapatkan nilai dari score C dan score D maka
kemudian dimasukkan kedalam Tabel Grand Score yang kemudian didapatkan
skor yang ada di dalam table tersebut. Kemudian untuk menterjemaahkan nilai
dari Tabel 3.11, maka dibuatlah suatu daftar perbaikkan yang bias dilihat
berikut ini :
·
Level 1, skor akhir menunjukkan nilai 1-2
yang mengindikasikan bahwa postur tersebut dapat diterima dan tidak
memerlukan perbaikan untuk jangka waktu yang lama.
·
Level 2, skor akhi rmenunjukkan nilai 3-4
mengindikasikan membutuhkan investigasi dan perubahan terhadap postur
kerja mungkin dapat dilakukan.
·
Level 3, skor akhir menunjukkan nilai 5-6
yang berarti investigasi dan perubahan postur kerja harus dilakukan
secepatnya.
- Level 4, skor
akhir menunjukkan nilai
akhir 7 yang
mengindikasikan dan
perubahan harus dilakukan dengan segera.
Gambar 2.3 Lembar Skor RULA
Setelah langkah ini dilakukan kita baru bias mengambil keputusan untuk
melakukan perubahan dan perbaikan dari postur kerja operator baik itu dari
fasilitas kerja maupun dari metode kerja yang ada, dan tergantung dari
kebutuhan dari organisasi yang membutuhkan.
2.2. Definisi
Rapid Entire Body Assessment (REBA)
REBA atau Rapid Entire
Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue Hignettdan Dr. Lynn McAtamney
yang merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University of
Nottingham’s Institute of Occuptaional Ergonomic). Rapid Entire Body
Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang
ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau
postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain
itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang
olehtubuh serta aktifitas pekerja. Penilaian
dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan
melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan
perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator. Metode
ergonomic tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan faktor coupling
yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang–ulang. Penilaian postur
kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu sampai
lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang mengakibatkan
resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa
skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic
hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan
melakukan perbaikan sesegera mungkin (McAtamney , 2000).
2.2.1 Pengembangan
dari REBA
REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Hal ini memudahkan
peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa
biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang
terbatas tanpa menggangu pekerja.
Pengembangan
REBA terjadi dalam empat tahap, yaitu:
1)
Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja
dengan menggunakan bantuan video atau foto.
2)
Tahap kedua adalah penentuan sudut–sudut dari bagian
tubuh pekerja.
3)
Tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang
diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja.
4)
Tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk
postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui
level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan
kerja.
Penilaian
postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapan– tahapan
sebagai berikut (Hignett dan McAtamney, 2000) :
1.
Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan
bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari
leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci
dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan
supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga
dari hasil rekaman dan hasil foto bias didapatkan data akurat untuk tahap
perhitungan sertaan alisis selanjutnya.
2.
Penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja.
Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan
perhitungan besar sudut dari masing – masing segmen tubuh yang meliputi
punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan
dan kaki. Pada metode REBA segmen – segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher
dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan
tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing–masing grup dapat diketahui
skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat Tabel A untuk
grup A dan Tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing–masing tabel.
Tabel hasil dari metode REBA ini ditunjukkan pada Tabel dan Gambar dibawah
ini
Tabel 2.12 Gerakan Tubuh
|
Pergerakan
|
|
Skor
|
|
|
PerubahanSkor
|
|
|
|
Tegak /
alamiah
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
00-200 flexion
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
00-200
extension
|
|
|
|
+ 1 Jika
memutar /
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
200-600 flexion
|
|
3
|
|
|
miring
kesamping
|
|
|
|
>200
extension
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
>600 flexion
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar 2.4 Kondisi Batang Tubuh
Tabel 2.13
Pergerakan Leher
|
Pergerakan
|
|
|
Skor
|
|
|
Perubahan Skor
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
00-200 flexion
|
|
1
|
|
|
+1 Jika memutar / miring /
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
>200 flexion atau extension
|
|
2
|
|
|
menekuk kesamping
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar 2.5 Pergerakan Leher
Tabel 2.14 Pergerakan Kaki
Pergerakan
|
Skor
|
Perubahan skor
|
Kaki tertopang, bobot tersebar merata, jalan atau
duduk
|
1
|
+1 jika lutut flexion antara 30o dan 60o
+2 jika lutut >60o(tidak ketika duduk)
|
Kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata
postur tidak stabil
|
2
|
Gambar 2.6 Pergerakan Kaki
Tabel 2.15 Pergerakan Lengan
Atas
Pergerakan
|
Skor
|
Penambahan skor
|
20o
extension
20o
flexion
|
1
|
+1 jika posisi
bertingkat:adducted & rotated
+1 jika bahu
terangkat
-1 lengan atas
digunakan untuk menyangga berat
|
>20o flexion
atau extension 20o-45o
|
2
|
|
45o –
90o flexion
|
3
|
|
>90o
flexion
|
4
|
Gambar 2.7 Pergerakan Lengan Atas
Tabel 2.16 Pergerakan Lengan
Bawah
|
Pergerakan
|
|
|
Skor
|
|
|
60 - 100 flexion
|
1
|
|
||
|
|
|
|
||
|
< 60 flexion
atau >100 flexion
|
2
|
|
||
|
|
|
|
|
|
Gambar 2.8 Pergerakan Lengan
Bawah
Tabel 2.17 Pergerakan
Pergelangan Tangan
|
Pergerakan
|
|
|
Skor
|
|
|
Perubahan skor
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
00 - 150 flexion / extention
|
|
1
|
|
|
+1 jika
pergelangan tangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
>150 flexion
/ extention
|
|
2
|
|
|
menyimpang /
berputar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar 2.9 Pergerakan Pergelangan Tangan
Tabel 2.19 Tabel B Skor REBA
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Lengan Bawah
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||
|
Lengan
Atas
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
||||||||
|
|
|
Pergelangan
|
|
1
|
2
|
|
3
|
|
1
|
|
2
|
|
|
3
|
|
||||||||||
1
|
|
|
|
|
1
|
2
|
|
3
|
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
|||||||||||
2
|
|
|
|
|
1
|
2
|
|
3
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
|||||||||||
3
|
|
|
|
|
3
|
4
|
|
5
|
|
4
|
|
5
|
|
|
5
|
|
||||||||||
4
|
|
|
|
|
4
|
4
|
|
5
|
|
5
|
|
6
|
|
|
7
|
|
||||||||||
5
|
|
|
|
|
6
|
7
|
|
8
|
|
7
|
|
8
|
|
|
8
|
|
||||||||||
6
|
|
|
|
|
7
|
8
|
|
8
|
|
8
|
|
9
|
|
|
9
|
|
||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
Coupling
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||
|
0
|
|
|
|
1
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
||||||||
|
Good
|
|
|
Fair
|
|
|
|
Poor
|
|
|
Unacceptable
|
|
||||||||||||||
Tabel 2.21 Skor Aktivitas
Aktivitas
|
|
Skor
|
|
||
|
|
||||
Satu atau lebih
bagian tubuh yang statis. Misalnya memegang alat dalam jangka waktu lebih
dari 1 menit
|
+1
|
|
|||
Gerakan
yang sering dilakukan berulang-ulang tidak termasuk kegiatan berjalan.
Misalnya gerakan yang dilakukan 4 kali dalam 1 menit
|
+1
|
|
|||
Kegiataan
yang menyebabkan perubahan yang besar dan cepat pada postur dan dasar yang
tidak stabil
|
+1
|
|
|||
Tabel 2.22 Level Resiko dan tindakan
|
Action level
|
|
|
Score REBA
|
|
|
Level Resiko
|
|
|
Tindakan
Perbaikan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
0
|
|
1
|
|
|
Bisa diabaikan
|
|
|
Tidak Perlu
|
|
|
||
1
|
|
2-3
|
|
|
Rendah
|
|
|
Mungkin Perlu
|
|
|
||
2
|
|
4-7
|
|
|
Sedang
|
|
|
Perlu
|
|
|
||
3
|
|
8-10
|
|
|
Tinggi
|
|
|
Perlu segera
|
|
|
||
4
|
|
11-15
|
|
|
Sangat Tinggi
|
|
|
Perlu saat ini juga
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar